SELAMAT DATANG DI GALAKSIKU

Sabtu, 28 Maret 2015

Aku selalu khawatir saat nanti, usiaku makin menua dan aku masih sendiri.
Sebab, aku tak memiliki seseorang untuk disebut namanya dalam doa.
Juga seakan terasing dari getaran-getaran hati yang meletup-letup.
Dan akhirnya memaksaku sedikit lebih terbuka pada hal-hal 'aneh' di luar diriku.

Aku selalu khawatir saat nanti, aku benar-benar akan pulang sendiri.
Sebab, aku bukan sosialis
Bukan pula sesorang yang memiliki hubungan berkualitas dengan banyak orang.
Dan ternyata membuatku berpikir beberapa cara agar bisa dikenal banyak orang.

Pasukan Bintang, aku sudah merasakan kesendirian yang lama.
Saat butuh bahu tuk bersandar tapi tak ada.
Saat butuh telinga tuk berkeluh tapi nihil

Bisakah di akhir hidupku, aku tidak sendiri lagi?

Selasa, 03 Maret 2015

One Step Closer Part I


Saat SD ingin sekali menjadi guru. Dan jadilah beberapa guru yang mengetahui keinginanku itu selalu memintaku untuk menyalin materi pelajaran di papan tulis, yang saat itu masih menggunakan kapur, katanya sebagai latihan agar kelak tulisanku rapi dan lurus.




Saat SMP, kebiasaan membacaku setara dengan kebiasaan berimajinasi. Ketika membaca novel yang endingnya tak memuaskan, 'memaksa'ku membuat alur cerita sendiri dengan menuliskannya pada sebuah buku bekas yang lembaran kosongnya tak terpakai. Itu melatihku menjadi penulis.


Saat SMA, aku menyukai seorang graphic designer. Karenaa sukanya, aku selalu meperhatikan detail desain yang dibuatnya. Belajar otodidak. Berimajinasi bisa membuat komik dengan alur ceritaku sendiri. Lalu memutuskan masuk eskul yang bisa nerbitin buletin.


Saat kuliah, banyak tempat kudatangi, juga lebih banyak orang yang kutemui yang akhirnya membuatku memiliki banyak keinginan lain.


Menjadi arsitektur, mungkin memperluas keinginanku dari sekedar desain digital menjadi desain bangunan. Aku menyukai stalking di akun-akun arsitektur. Meskipun tidak mengenal arsitektur terkenal, tapi Om Google selalu setia memuaskan kedua mataku dengan mahakarya yang detailnya membuatku kagum.


Menjadi fashion designer, juga sebagai akibat dari kecintaanku akan keindahan. Sampai-sampai ingin sekali membuat butik sendiri. Ingin sekali me-recycle hal-hal yang terbuang menjadi berguna. Sebab aku tahu rasanya terbuaang dan tak berguna.


Ingin punya sayap. Ada hal-hal yang rumit selalu tiba-tiba aku pikirkan. Jika saja aku bisa terbang atau menghilang seketika. Aku tidak begitu menyukai berjalan sendiri atau pun berdua ataupun bertiga ataupun segerombolan yang di kanan kiri jalan berjejer banyak orang. Yaah, meskipun aku yakin mereka tidak sedang memperhatikanku, tapi tetap saja kikuk itu menjadi hal yang tidak terpisahkan dariku


Ingin punya sekolah alam. Keinginan ini pun tak jarang disebut rumit oleh orang-orang. Kau punya apa untuk buat sekolah? Entahlah. Sekolah yang ada dalam gambaranku memang amat sangat butuh dana besar. Tapi, that`s my big dream. Aku ingin menlihat sekolah impianku ini sebelum 'pulang'.

 
Nggak pengen jadi PeeNeS. Di saat orang-orang ngejar-ngejar jadi PNS, aku mah keep calm bin dagdigdug. Niat kemarin daftar PNS pun agar bisa berpenghasilan melimpah buat ditabung bikin sekolah. Tapi, doaku tetap meminta jalan terbaik, karena keraguan masih menyelimuti. Di samping harus meninggalkan keluarga yang sepertinya dan mungkin seharusnya aku berada di dekat mereka juga karena bayangan hingga usia 60 tahun dengan kerja yang itu-itu saja. Satu lagi yang tidak bisa pisah dariku, bosan.


Pernah juga berpikir ingin jadi dokter. Pertama karena lima hari empat malam berada di UGD. Kedua karena saya tak pernah lepas dari yang namanya sakit. Ketiga karena K-Drama Emergency Couple. Jugaa karena mengucapkan bahasa sulit ala kedokteran itu kedengaran keren. Tapi, aku tidak tegaan, dan penakut. Jadi, abaikan.

Sangat ingin punya rumah di pedesaan. Dikelilingi sawah dan kebun. Ada sungai dan jejeran bukit kecil. Anak-anak bermain hujan dan tanah. Pagi hari belajar berkuda. Sore hari belajar memanah. Malam hari berbaring menatap langit bebas polusi.


Juga ingin menjadi ahli teknologi. Setidaknya saat orang-orang berbicara tentang software, hardware, security system, hack, atau apalah namanya saya bisa ikut nimbrung. Bisa milih-milih barang yang tidak abal-abal

Ingin punya perusahaan sekelas unilever. Jadinya made in Indonesia. Dari dan untuk Indonesia. Kan keren, kalo yang berjejer di toko-toko, swalayan, jugaa pasar tradisional itu yang banyak laku justru produk dari kita?

 karena sudah sangat larut untukku
[bersambung]