"Mizzle, aku lelah."
Di penghujung senja, di bawah
kaki gunung. Ini kali ketiga kami menyelesaikan pendakian di gunung yang
sama. Aku tak tahu mengapa ia selalu mengajakku ke tempat ini.
Rombongan kami sudah beberapa meter mendahului.
"Mizzle, aku lelah." Ulangnya.
Aku berbalik, menoleh padanya. "Istirahat saja dulu."
"Bukan fisikku, Mizzle. Hatiku yang lelah." Ucapnya kembali menyapu keringat di wajahnya.
"Apa yang dilakukan hatimu sampai begitu lelah?" Tanyaku peduli.
"Ia
sedang mencari kebenaran. Aku berharap menemukannya dalam pendakian
ini. Itulah mengapa aku selalu mengajakmu. Aku ingin kau pun menemukan
kebenaran itu."
Aku mengernyit. "Kebenaran apa maksudmu."
"Bahwa selalu ada muara untuk setiap rindu. Aku ingin selalu pergi. Agar aku tahu alasan mengapa aku harus kembali pulang."
Aku
mengangguk. Aku tahu betul keadaan Cirrus. Persis sama dengan keadaanku
sekarang. Banyak hal yang kami pertanyakan. Tapi penghujungnya,
hanyalah pembiaran
Yah, seperti ungakapan klasik. Biarlah waktu yang menjawab.
Kudedikasikan, untuk setiap hati yang mencari 'kebenaran'
Aku, kamu, kita sama-sama berada dalam langkah pencarian
Semoga kau temukan 'kebenaran' yang sebenar-benarnya.
Biar sedikit kubantah ungkapan itu, "kebenaran tidak hanya satu"
Zahia DaNia Firdaus
-Kaki Gunung Latimojong-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar