SELAMAT DATANG DI GALAKSIKU

Rabu, 30 Juli 2014

Hei, apakah kebahagiaan itu tercipta hanya jika kau telah menikah?
Maksudku, banyak yang mengatakan bahwa 'aku menjadi gemuk setelah menikah' atau 'wajahku menjadi begitu bercahaya setelah menikah'
Jika benar adanya, aku sedang menunggu kebahagiaan itu
-Seseorang yang selalu dipanggil 'si kecil'-

Happy wedding, So Eun.
Selamat berteman kebahagiaan
Apa yang kau lakukan saat kepalamu meledak?
Apa yang kau lakukan saat hati dan pikiranmu tidak berdamai?
Apa yang kau lakukan saat kau ingin sekali melakukan sesuatu tapi tak bisa kau lakukan?
Apa yang kau lakukan saat kau ingin sekali berteriak tapi keadaan sekitar tak mengizinkanmu?
Apa yang kau lakukan saat seharusnya kau bebas justru malah terkurung bersama keinginan orang lain?
Apa yang kau lakukan saat tubuhmu habis masanya hanya untuk membahagiakan orang lain?
Apa yang kau lakukan saat yang kau bisa hanya diam?
Pasukanku, kau sudah menemukan seorang pangeran?

Dialog Bathin



Aku sebenarnya hanya sebuah kesalahan
Aku merasa tidak pernah melakukan hal yang benar
Pilihan untuk tetap hidup mungkin juga sebuah kesalahan
Aku enggan mengakui ini
Tapi ia membuntutiku
Menggelayut di semua sudut pandangku
Memalukan
Sebut juga ini sebagai kebodohan
Hei, berapa usiamu sekarang?
22 tahun kan?
Bukankah itu membuktikan banyak hal?
Bersikap dewasa, bijaksana, penuh dengan karya
Lantas aku?
Manfaat apa yang benihnya aku tanam?
Ingin menuai apa jika benih pun tak punya
Hai diri, berhentilah berpura-pura baik-baik saja
Ini memalukan, kau tahu
Memaksa hati menikmati semua suguhan ini
Baiklah…
Aku mengakui, bahkan dengan usia tarbiyah menginjak delapan tahun, aku ternyata tak paham apa-apa.
Aku tidak lagi menikmati semuanya. Atau aku memang tak pernah menikmati. 
Entahlah, aku merasa kehilangan memori itu
Aku menghindari aktivitas dakwah dalam wajiha ini
Aku memeluk mimpi lain, kebaikan dalam bentuk lain
Tapi, ini hanya mimpi. Kau tahu aku punya kebahagiaan lain dengan mimpi
Kakiku tak disini, mimpi membantuku merasakan padang rumput luas tak terbatas, 
meski pada kenyataannya aku tak pernah menyentuh, melihat, mengunjungi tempat itu. 
Namun imajiku yang membawaku berkelana
Dan kekuatan tarikannya jauh melebihi ketersesasatanku dalam rumitnya mendefinisikan identitas diri…
Aku ingin menjadi aku
Sayangnya, aku tak mengenal siapa aku
 Apanya yang baik-baik saja?
Setiap malam
Setiap diri tersudut menyepi
Mengutuk kembali kebodohan ini
Rabb, tolonglah, tolonglah aku
Harus kuapakan diri, agar mengerti sedikit saja tentang kebebasan
Tidak melulu didikte keharusan ini dan itu
 Baiklah...
Aku yang salah, membenci sosial, menghindari bermasyarakat. 
Saat kupaksakan menjadi benar : berbaur dengan kerumunan orang. Ah, lagi-lagi mengenakan topeng
Aku yang salah, memilih berteman imaji, memeluk erat mimpi yang tak henti
Saat kupaksakan menjadi benar : hidup dalam kenyataan. Ah, lagi-lagi mengenakan topeng
Aku yang salah, menyukai diam, berbicara hanya pada segelintir orang
Saat kupaksakan menjadi benar : ngobrol sana-sini. Ah, lagi-lagi mengenakan topeng
Aku harus seperti apa?
Waktu memaksa
Keadaan mengintimidasi
Orang-orang menuntut
Aku harus seperti apa?
Berkilo-kilo meter kuselami hati ini, tak ada jawaban
Berhari-hari kutikam waktu, tak jua memahami
Rabb, tolonglah, tolonglah aku
Tubuhku mungkin akan lebih cepat habis masanya
Sampai jawaban dan pemahaman itu tiba, aku harus menjadi orang lain
Menjadi orang lain yang katanya ideal
Menjadi orang lain yang katanya benar
Sayangnya untuk menjadi dirku sendiri butuh keberanian
Butuh ketidakpedulian tentang apa kata orang
Aku tidak memiliki itu
Karena memiliki dua hal itu berarti aku perlu menghilang sejenak dari tempat ini
Bertemu dengan orang-orang baru
Memahami hal-hal baru
Rabb, apa Engkau mengizinkanku?