Aku sebenarnya hanya
sebuah kesalahan
Aku merasa tidak
pernah melakukan hal yang benar
Pilihan untuk tetap
hidup mungkin juga sebuah kesalahan
Aku enggan mengakui
ini
Tapi ia membuntutiku
Menggelayut di semua
sudut pandangku
Memalukan
Sebut juga ini
sebagai kebodohan
Hei, berapa usiamu
sekarang?
22 tahun kan?
Bukankah itu
membuktikan banyak hal?
Bersikap dewasa,
bijaksana, penuh dengan karya
Lantas aku?
Manfaat apa yang
benihnya aku tanam?
Ingin menuai apa jika
benih pun tak punya
Hai diri, berhentilah
berpura-pura baik-baik saja
Ini memalukan, kau
tahu
Memaksa hati
menikmati semua suguhan ini
Baiklah…
Aku mengakui, bahkan
dengan usia tarbiyah menginjak delapan tahun, aku ternyata tak paham apa-apa.
Aku tidak lagi
menikmati semuanya. Atau aku memang tak pernah menikmati.
Entahlah, aku merasa
kehilangan memori itu
Aku menghindari
aktivitas dakwah dalam wajiha ini
Aku memeluk mimpi
lain, kebaikan dalam bentuk lain
Tapi, ini hanya mimpi.
Kau tahu aku punya kebahagiaan lain dengan mimpi
Kakiku tak disini,
mimpi membantuku merasakan padang rumput luas tak terbatas,
meski pada
kenyataannya aku tak pernah menyentuh, melihat, mengunjungi tempat itu.
Namun imajiku
yang membawaku berkelana
Dan kekuatan
tarikannya jauh melebihi ketersesasatanku dalam rumitnya mendefinisikan
identitas diri…
Aku ingin menjadi aku
Sayangnya, aku tak
mengenal siapa aku
Apanya yang baik-baik saja?
Setiap malam
Setiap diri tersudut menyepi
Mengutuk kembali kebodohan ini
Rabb, tolonglah, tolonglah aku
Harus kuapakan diri, agar mengerti sedikit saja tentang kebebasan
Tidak melulu didikte keharusan ini dan itu
Baiklah...
Aku yang salah, membenci sosial, menghindari bermasyarakat.
Saat kupaksakan menjadi benar : berbaur dengan kerumunan orang. Ah, lagi-lagi mengenakan topeng
Aku yang salah, memilih berteman imaji, memeluk erat mimpi yang tak henti
Saat kupaksakan menjadi benar : hidup dalam kenyataan. Ah, lagi-lagi mengenakan topeng
Aku yang salah, menyukai diam, berbicara hanya pada segelintir orang
Saat kupaksakan menjadi benar : ngobrol sana-sini. Ah, lagi-lagi mengenakan topeng
Aku harus seperti apa?
Waktu memaksa
Keadaan mengintimidasi
Orang-orang menuntut
Aku harus seperti apa?
Berkilo-kilo meter kuselami hati ini, tak ada jawaban
Berhari-hari kutikam waktu, tak jua memahami
Rabb, tolonglah, tolonglah aku
Tubuhku mungkin akan lebih cepat habis masanya
Sampai jawaban dan pemahaman itu tiba, aku harus menjadi orang lain
Menjadi orang lain yang katanya ideal
Menjadi orang lain yang katanya benar
Sayangnya untuk menjadi dirku sendiri butuh keberanian
Butuh ketidakpedulian tentang apa kata orang
Aku tidak memiliki itu
Karena memiliki dua hal itu berarti aku perlu menghilang sejenak dari tempat ini
Bertemu dengan orang-orang baru
Memahami hal-hal baru
Rabb, apa Engkau mengizinkanku?